CU ala Kalimantan Menggarami Dunia
Friday, December 27, 2013
Luar biasa!
Credit Union ala Kalimantan di bawah naungan Badan Kordinasi Credit Union
Kalimantan ini sampai tahun buku 2009 mencatatkan aset Rp. 3.193.460.969.042-,
dengan anggota 397.436 orang yang tersebar di 47 CU primer di pulau Kalimantan,
Nusa Tenggara, Jawa, Sumatera, Sulawesi, Papua dan Maluku.
Menyebut
kata “credit union” di Indonesia, hampir mayoritas orang akan mengidentikkannya
dengan Kalimantan Barat. Memang Kalbar dan credit union ibarat sekeping mata
uang logam: dua tapi satu. Betapa tidak, dua credit union terbesar di Indonesia
ada di Kalimantan Barat, yakni CU Lantang Tipo di Bodok, Sanggau dan CU Pancur
Kasih di Pontianak. Bagi sebagian besar masyarakat Kalimantan Barat, termasuk
para pejabatnya seperti gubernur, bupati, anggota legislative maupun pengusaha,
credit union sudah menjadi bagain dari kehidupan mereka; apalagi di daerah
pedalaman. Hampir seluruh pedalaman Kalbar–yang sangat sulit dijangkau lembaga
keuangan lainnya–sudah ada pelayanan credit union.
Secara
nasional, Credit Union (CU) di Indonesia kini bukan lagi sekedar lembaga
keuangan, tetapi sudah menjadi gerakan ekonomi karena besar dan luasnya dampak
yang dihasilkannya. Secara kuantitas, sampai Oktober 2009 menurut data dari
Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit) terdapat 964.048 orang anggota
dengan aset sekitar Rp.6 triliun yang tersebar di 965 Kopdit primer. Saat ini
Inkopdit memiliki jaringan 30 Puskopdit/ Pra Puskopdit/ BK3D yang tersebar di
beberapa Propinsi di seluruh Indonesia.
DR.
Eddy Suratman, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura, menilai bahwa CU
model Kalimantan yang dipelopori AR. Mecer telah berkontribusi secara
signifikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan khususnya, dan
masyarakat umumnya. “Credit union benar-benar sangat membantu perekonomian masyarakat
yang tidak punya akses ke bank komersial karena inilah lembaga keuangan yang
benar-benar dimiliki dan dikelola rakyuat secara langsung,”ujarnya dalam sebuah
seminar erkonomi kerakyatan di Pontianak beberapa waktu lalu.
“CU
benar-benar sangat membantu kami masyarakat pedalaman ini sebagai alat kami
berusaha sekaligus memberikan kami pengetahuan dan kebijakan dalam pengelolaan
keuangan,” ujar
Masita, seorang pedagang yang bermodal pinjaman dari CU Gemalaq Kemisiq di
kampung Beriam, Manis Mata, Ketapang–perbatasan Kalbar-Kalteng.
Credit
union terbukti telah meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonomi jutaan rakyat
di Indonesia. CU telah mensejahterakan banyak orang tanpa memandang golongan
agama, etnis, status sosial dan aneka perbedaan buatan manusia lainnya.
Memutus
rantai kemiskinan
Lahirnya
credit union merupakan cara yang jitu untuk memutus rantai kemiskinan. Meminjam
istilah Ragnar Nurkse, ahli ekonomi asal Swedia penerima Hadiah Nobel,
kemiskinan itu adalah sebuah vicious circle poverty atau lingkaran
setan kemiskinan. Menurutnya, keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan
kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Karena produktifitas
rendah maka pendapatan juga rendah sehingga berimplikasi pada rendahnya
tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya membentuk lingkaran, tidak
ada putusnya.
Begitulah
kondisi masyarakat dimana CU didirikan, seperti di Jerman, Indonesia dan
khususnya Kalbar. Fenomena kemiskinan struktural dan kultural semacam ini
menggambarkan bagaimana kaum miskin tetap miskin karena dia miskin, dan
demikian terus berlaku secara turun-temurun tanpa menemukan jalan keluar.
Akhirnya Si miskin tetap miskin bahkan semakin terjerat dalam “kubangan
kemiskinan” karena mereka mendapatkan “bantuan” berupa pinjaman dari lintah
darat, pengijon, tengkulak atau perantara yang menagih cicilan dengan bunga
yang tinggi.
Menukik
ke konteks Kalimantan, khususnya Kalbar, ketika CU awal didirikan, kondisi yang
dialami mayoritas masyarakat, khususnya Dayak, sangatlah memprihatinkan.
Masyarakat masuk dalam lingkaran setan kemiskinan struktural. Bagi masyarakat
Dayak sendiri, peran misionaris Katolik dan Protestan sangat besar untuk
memutus lingkaran setan kemiskinan melalui pendidikan, kesehatan, pelayanan social
lainnya dan credit union.
Credit
berasal dari bahasa Latin Credere yang artinya percaya; Union berarti
perkumpulan. Credit Union berarti kumpulan orang-orang yang saling percaya.
“People helping people help themselves” adalah filosofi Credit Union. Gerakan
ini berawal dari Jerman, yakni dirintis walikota Flammersfield bernama
Frederich Wilhem Raifeisen. Gerakan ini menyebar ke Kanada dan Amerika Serikat.
Tahun 1934 pada masa pemerintahan Presiden FD Rosevelt, gerakan ini mendapatkan
legalitas dan dibentuklah Biro Pengembangan Credit Union sedunia dengan nama
World Council Of Credit Union (WOCCU). Di Asia dibentuk The Asia Confederation
of Credit Union (ACCU).
Tahun 1963 diadakan seminar “Social Ekonomic Life in Asia” dan “Sosial Action Leadership Course” di Bangkok yang dihadiri Delsos-Delsos peserta dari Indonesia. Dalam seminar ini diparkan ide tentang CU. Tahun 1968-1969 gerakan Credit Union mulai dirintis melalui Konpernas PSE/Delsos di Bandung tahun 1968 dan Konpernas PSE/Delsos di Sukabumi tahun 1969.
Tahun
1967 Mr. A.A. Baily, perwakilan WOCCU, diundang ke Indonesia untuk
memperkenalkan CU. Pater Karl Albretch Karim Arbi, SJ bersama-sama
rekan-rekannya seperti Ir. Ibnoe Soedjono, Margono Djojhadikusumo, Mokhtar
Lubis, Prof. Dr. Fuad Hasan dan Prof. Dr. A.M. Kadarman, SJ, serta Roby Tulus
kemudian memasyarakatkan gagasan CU. Kehadiran CU yang berpihak pada kaum
miskin-melarat-terlantar, menarik perhatian masyarakat. Kelompok-kelompok kecil
yang merasa senasib sepenanggungan, bersama-sama mulai mendirikan CU.
Mulai
banyaknya CU primer di Indonesia, mendorong Pater Albrecht dan kawan-kawan
membentuk Credit Union Counseling Office atau yang disingkat dengan
CUCO, pada tahun 1970. CUCO inilah yang kemudian hari berkembang menjadi Badan
Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia atau BK3I (kini Inkopdit). Sejak saat itu
sosialisasi tentang credit union dilakukan oleh CUCO di berbagai tempat di
Indonesia.
CU
ke Kalbar tahun 1975, tidak lepas dari peranan Gereja Katolik. Delegatus Sosial
yang berada di bawah Keuskupan Agung Pontianak, pada tahun 1976
menyelenggarakan pendidikan CU di Nyarumkop dan Sanggau. Pendidikan tersebut
dimaksudkan agar masyarakat Kalimantan Barat memahami CU dan bernisiatif
mendirikannya. Pendidikan tersebut mendorong para peserta sepulang dari
pendidikan tersebut, untuk mendirikan CU-CU di tempatnya masing-masing. Harapan
ingin memperbaiki masa depan yang lebih baik, mendorong para peserta pendidikan
CU di Nyarumkop dan Sanggau itu mendirikan 40 CU yang tersebar di wilayah Kabupaten
Sanggau dan Kabupaten Sambas.
Pada
masa awal ini inti CU hanyalah sebatas simpan pinjam dan tidak mendidik
anggotanya. Nilai-nilai CU yang seharusnya ditanamkan melalui pendidikan tidak
dilakukan. CU masih diurus secara konvensional. Pengurus merangkap sebagai
staf, pelayanan dilakukan tidak full time dan produk yang ditawarkan
kepada anggota tidak lebih dari simpan dan pinjam. Akhirnya, pelan tapi pasti
semangat ber-CU anggota luntur. Bisa ditebak: pelan tapi pasti CU-CU itu
kolaps, umumnya akibat kredit macet dan mis manajemen. Yang bertahan hanya CU
Lantang Tipo di Bodok, Pusat Damai-Sanggau.
Tahun
1985 PSE dan CUCO mengadakan pelatihan CU di Pontianak. Peserta pelatihan
sepakat mendirikan CU laboratorium yang diberi nama Khatulistiwa Bhakti (CU
KB). Walaupun pada masa awalnya terkesan jalan di tempat, namun CU KB mampu
terus bertahan, dan kini telah berkembang menjadi sebuah CU besar di Kota
Pontianak.
Tahun
28 Mei 1987, para aktivis Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih (YKSPK) yang
dimotori AR.Mecer menginisiatifi pendirian CU yang kemudian diberi nama CU
Pancur Kasih. Anggota pertama 61 orang yang sebagian besar adalah para guru di
persekolahan Santo Franciskus Assisi, setelah 3 tahun CU ini berkembang pesat:
anggota 446 orang. Untuk
mengkordinasikan CU-CU primer tahun 1988 didirikan Badan Koordinasi Koperasi
Kredit Daerah (BK3D) Kalimantan Barat.
Belajar
dari kegagalan 40 CU sebelumnya, CU Lantang Tipo, CU Khatulistiwa Bakti, CU
Sehaq, dan CU Pancur Kasih sebagai CU awal di Kalbar kala itu berusaha mencari
bentuk dan inovasi. Hasil dari inovasi-inovasi pengurus dan anggota itu mulai
terasa dampak positifnya. CU mulai diurus semi professional dan memperluas
daerah pelayanan. Terutama CU PK, dengan support dari para aktivis YKSPK dan
unit-unitnya, mulai tahun 1993 sangat gencar mensosialisasikan CU ke
daerah-daerah. Di era rejim Orde Baru yang sangat ketat, maka CU menjadi pintu
masuk kegiatan LSM di masyarakat agar tidak dicurigai dan dilarang. Dalam
setiap kegiatan, CU selalu diperkenalkan sebagai wadah pemberdayaan masyarakat.
Karena
semakin banyak komunitas, lembaga dalam dan luar Kalbar yang ingin mendirikan
CU, maka tahun 1995 YKSPK membentuk unit Program Ekonomi Kerakyatan (PEK) untuk
menjadi fasilitator CU-CU tersebut. Ada puluhan CU yang difasilitasi
pendiriannya maupun pendampingannya, baik di Kalbar, Kalimantan lain, maupun di
pulau lain seperti CU Uma Mentawai di Mentawai-Sumatera Barat. Akhirnya ada
puluhan CU yang berdiri di Kalbar.
Agar
CU tetap berkembang dengan baik, maka insan-insan CU, terutama BK3D, sangat
proaktif mencari inovasi. CU harus menguntungkan anggotanya di satu sisi, di
sisi lain CU harus bisa menghidupi dirinya/organisasinya. Mulai tahun 2000-an
lahirlah inovasi CU yang terkenal, yakni CU professional atau CU modern dengan
ciri khas lokal. Inilah yang kemudian dikenal dengan CU model Kalimantan.
CU
professional dengan ciri khas lokal inilah yang bisa dikatakan sebagai rahasia
sukses pengembangan gerakan CU di Kalimantan Barat dan Kalimantan lainnya
dibanding daerah lain di Indonesia. NIlai-nilai, budaya, kearifan masyarakat
lokal dijadikan landasan dan pegangan dalam pengembangan CU tanpa meninggalkan
prinsip-prinsip universal credit unon. Perpaduan antara pengetahuan lokal dan
luar inilah yang membedakan dan mengantarkan gerakan CU model Kalimantan ini
berkembang pesat baik di Kalimantan maupun di luar Kalimantan.
AR.Mecer,
Ketua BKCU Kalimantan berhasil memformulasikan empat filosofi kehidupan
masyarakat adat Dayak dalam pelayanan dan produk-produk CU. Keempat filosofi
tersebut –yang disebut sebagai “Empat Jalan Keselamatan”–adalah konsumsi,
benih, sosial, ritual.
Konsumsi:
penting sekali memenuhi kebutuhan makan-minum, meliputi kebutuhan pokok manusia
yaitu makan-minum sehari-hari, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, air bersih,
dan lain sebagainya agar memenuhi karya penciptaan Tuhan di bumi ini dari
generasi ke generasi.
Benih:
menyisihkan hasil sebagai benih untuk ditanam kembali, yang erat kaitannya
dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam/hayati dan konsep menghemat
dari hasil kerja agar ekologi dan kehidupan ini dapat lestari.
Sosial:
pentingnya kebutuhan sosial-budaya untuk menyokong kualitas hidup pribadi yakni
kesadaran untuk partisipasi dan emansipasi dalam bentuk sumbangan materi maupun
“doa dan restu” untuk membangun dan mempertahankan keutuhan relasi sosial di
antara sesama manusia. Di sini terdapat nilai dan spirit kebersamaan dan
social.
Ritual:
pentingnya kebutuhan ritual untuk menyeimbangkan hubungan dengan Tuhan
(vertical) dan hubungan dengan sesama dan lingkungan alamnya (horizontal).
Konsep ritual ini memberikan partisipasi horizontal yang menekankan
keseimbangan hubungan antara alam-sesama-Tuhan.
Empat
filosofi ini diwujudkan dalam produk CU. Karena itulah ada produk simpanan
bunga harian (konsumsi); ada simpanan jangka panjang, deposito (benih); ada
solidaritas sosial–seperti kesehatan, pendidikan; ada solidaritas kematian,
tabungan hari raya (ritual).
Menggarami
dunia
Sukses
CU model Kalimantan di bawah BKCU Kalimantan menginspirasi banyak komunitas
untuk belajar dan mendirikan CU di daerahnya; baik dari dalam maupun luar
negeri. Karena itulah BKCU Kalimantan dan lembaga mitranya di Gerakan
Pemberdayaan Pancur Kasih (GPPK) kebanjiran permintaan fasilitasi pendirian CU
dari seantero tanah air; serta memfasilitasi komunitas dalam dan luar negeri
yang magang, misalnya dari Bangladesh, Filipina, Sabah-Malaysia, Myanmar, Timor
Leste, dan Thailand. Inilah kesempatan CU model Kalimantan “menggarami” dunia
sekaligus menyebarkan nilai-nilai masyarakat adat Dayak khususnya kepada dunia.
Bahkan
keberhasilan CU model Kalimantan sebagai salah satu alternatif model
pembangunan bagi masyarakat adat membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
melalui Permenen Forum Masyarakat Adat mengundang John Bamba, Direktur Institut
Dayakologi sekaligus Ketua CU Gemalaq Kemisiq untuk membagikan pengalaman
gerakan CU ala Kalimantan. Di hadapan diskusi panel para ahli tentang
masyarakat adat sedunia di kantor PBB New York (12-14 Januari 2010).
Dalam
paparannya John menegaskan bahwa CU ala Kalimantan menawarkan “kebebasan” dan
“kesempatan” kepada masyarakat. Di credit union, masyarakat adat Dayak
menemukan sebuah cara untuk menerapkan model pembangunan secara mandiri yang
didasarkan pada budaya dan identitas mereka sendiri. “CU menjadi alat untuk
mengubah dari lingkaran pemiskinan, keputusasaan, perasaan tidak berdaya, dan
dari ketergantungan pada pihak luar yang berakibat pada penindasan dan
terpinggirkan berabad-abad lamanya,”jelasnya.
Menurut
John Bamba, selama dua dekade keberadaan gerakan CU di Kalimantan telah secara
signifikan mengubah cara pandang masyarakat Dayak terhadap diri mereka sendiri.
Dengan punya akses keuangan di CU, masyarakat adat telah menemukan solusi yang
lebih baik untuk mengatasi kebutuhan cepat dan darurat. CU telah sangat
menolong mengurangi penjualan tanah dan pengambilan sumber daya alam, seperti
kayu, untuk mendapatkan uang tunai. Karena CU mengedepankan pendidikan yang
berkelanjutan bagi anggotanya untuk memiliki manajemen keuangan yang baik,
masyarakat tersebut dilindungi dari tindakan spekulasi dan konsumerisme.
“Apa
yang dihasilkan gerakan Cu ala Kalimantan ini mungkin bukan sebuah contoh yang
sempurna dan waktu akan mengujinya. Namun perkembangan gerakan ini selama lebih
dari dua dekade di Kalimantan paling tidak telah mengajarkan kita sejumlah
pelajaran, yang merupakan pengalaman berharga untuk dibagikan dengan masyarakat
adat di dunia lainnya,”urai John (selengkapnya baca: Tagas).
Menurut
buku “Manifesto Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih” (2009) CU-CU di luar
Kalimantan yang difasilitasi BKCU Kalimantan dan GPPK adalah sebagai berikut.
1.
CU Bintang Karantika Meratus di Batu Kampar, Kalimantan Selatan.
2.
CU Sumber Rezeki di Ampah (Kalteng).
3.
CU Remaung Kecubung di Pangkalan Bun (Kalteng).
4.
CU Betang Asi di Palangkaraya (Kalteng).
5.
CU Eka Pambelum Itah di Sampit (Kalteng).
6.
CU Daya Lestari (Samarinda, Kaltim).
7.
CU Petemai Urip di Mamak Tebok, Kab.Kutai Barat (Kaltim).
8.
CU Citra Dayak, Kaltim.
9.
CU Alang Jalung, Kaltim
10.
CU Sempekat Ningkah Olo, Kutai Barat, Kaltim.
11.
CU Femung Pebaya, Malinau, Kaltim.
12.
CU Almendo, Papua.
13.
CU Mambuin, Papua.
14.
CU Sinar Papua Selatan.
15.
CU Uma Mentawai, Sumatera Barat
16.
CU Bererod Gratia, Jakarta
17.
CU Prima Danarta, Surabaya
18.
CU Cindelaras Tumangkar, Jogyakarta
19.
CU Jembatan Kasih, Riau
20.
CU Bahtera Sejahtera, Maumere NTT
21.
CU Gerbang Kasih, Ende, NTT
22.
CU Sinar Saron, Larantuka, NTT
23.
CU Kasih Sejahtera, Atambua, NTT
24.
CU Suan Sibarrung, Tana Toraja, Sulsel
25.
CU Mekar Kasih, Makasar
26.
CU Mototabian, Kota Kotamobagu, Sulut
27.
CU Hati Amboina, Ambon
28.
CU Mambuin, Manokwari, Irjabar
29.
CU Almendo, Sorong, Papua Barat
30.
CU Sinar Papua Selatan, Merauke, Papua
31.
CU Ndar Sesepok, Agat, Papua
Menurut
DR.Francis Wahono, pakar ekonomi sekaligus pegiat ekonomi kerakyatan,
berkembang pesatnya gerakan CU di Kalimantan Barat khususnya dan Kalimantan
umumnya tidak bisa dipisahkan dengan Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih (GPPK)
dan Majalah KR. “Tanpa dua hal itu, terus terang saja, saya yang hidup di
bagian Indonesia yang lain, selama 25 tahun terakhir ini, tidak pernah akan
mengenal, apalagi mengapresiasi Kalbar,”aku Francis.
Memang
majalah ini sejak tahun 1996 secara rutin menyediakan halaman khusus untuk
informasi credit union. Dan secara khusus sejak tahun 2005 dijalin kerja sama
dengan Badan Kordinasi Credit Union Kalimantan (BKCUK) sehingga KR menjadi
media resmi tentang credit union. “Saya mengenal CU karena membaca KR di
perpustakaan kampus,”ujar Andrea, mahasiswi sebuah perguruan tinggi di
Pontianak.
Sedangkan
GPPK melalui lembaga/unitnya secara proaktif menyebarluaskan credit union ke
seluruh Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. CU menjadi pintu masuk
aktivitas lembaga-lembaga di lingkungan Gerakan Pancur Kasih; terutama di masa
rejim Orde Baru.
Lembaga
anggota GPPK tersebar di Kalbar dan Kaltim, antara lain Yayayasan Karya Sosial
Pancur Kasih (dan unit-unitnya), CU Pancur Kasih, BPR Panbank, Institut
Dayakologi-Majalah KR, LBBT, Perkumpulan Nurani Perempuan-Kaltim, KPD, KSU
Mitra Kasih, POR, AMAN Kalbar, Ruai TV, Radio Rama.
CU
ala Kalimantan yang dikembangkan BKCU Kalimantan bukan lagi hanya sebuah
gerakan keuangan tetapi sudah menjadi sebuah gerakan social. Yakni gerakan
untuk memperbaiki nasib, harkat dan martabat manusia dengan pintu masuk
ekonomi. “Saya optimis, jika 10 persen saja penduduk Indonesia yang menjadi
anggota CU maka kondisinya jelas berbeda,”papar Mecer.
Tak
tertandingi
Perkembangan
gerakan CU ala Kalimantan ini tidak tertandingi ekonomi kerakyatan lainnya.
Pertumbuhan asset, anggota dan dampak sosial, ekonomi, budaya gerakan ini untuk
masyarakat sangat dirasakan. Sampai Desember 2009 asetnya Rp.
3.193.460.969.042-, dengan anggota 397.436 orang yang tersebar di 47 CU primer.
Berikut data selengkapnya.
Data Anggota
Dan Aset CU Primer BKCU Kalimantan
No
|
Nama Credit Union
|
Anggota
|
Aset
|
||
2008
|
2009
|
2008
|
2009
|
||
1
|
Khatulistiwa Bakti
|
19,180
|
23,810
|
111,163,945,620
|
142,740,433,983
|
2
|
Lantang Tipo
|
80,858
|
91,801
|
610,080,099,159
|
771,187,797,795
|
3
|
Pancur Kasih
|
72,906
|
79,944
|
619,938,150,030
|
729,027,268,973
|
4
|
Stella Maris
|
2,175
|
2,462
|
17,074,113,174
|
21,117,787,270
|
5
|
Canaga Antutn
|
8,507
|
8,499
|
53,214,231,726
|
61,345,394,811
|
6
|
Pancur Dangeri
|
5,452
|
6,014
|
29,711,929,274
|
31,238,851,633
|
7
|
Usaha Kita
|
11,964
|
12,409
|
72,788,394,946
|
89,274,396,130
|
8
|
Pancur Solidaritas
|
8,021
|
8,447
|
59,226,581,047
|
65,025,476,887
|
9
|
Sehaq
|
2,832
|
3,016
|
8,649,397,586
|
10,475,265,275
|
10
|
Manteare
|
2,243
|
2,626
|
22,631,566,404
|
15,011,827,068
|
11
|
Sumber Kasih
|
5,267
|
5,147
|
30,985,004,521
|
32,920,117,436
|
12
|
Gemalaq Kemisiq
|
5,683
|
6,258
|
37,124,948,609
|
47,517,169,804
|
13
|
Bina Kasih
|
245
|
279
|
2,578,521,200
|
3,329,937,263
|
14
|
Keluarga Kudus
|
1,328
|
1,177
|
6,962,116,285
|
9,299,993,957
|
15
|
Daya
Lestari
|
16,219
|
18,999
|
89,295,087,827
|
126,646,116,328
|
16
|
Tilung Jaya
|
12,001
|
13,514
|
70,031,013,208
|
98,127,436,505
|
17
|
Sumber Rejeki
|
16,848
|
17,399
|
102,729,057,560
|
127,892,275,482
|
18
|
Petemai Urip
|
3,091
|
3,176
|
19,411,457,754
|
20,185,191,779
|
19
|
Femung Pebaya
|
2,982
|
3,447
|
26,659,080,238
|
37,594,222,134
|
20
|
Betang Asi
|
12,941
|
15,315
|
117,844,558,128
|
170,093,710,170
|
21
|
Muare Pesisir
|
1,872
|
2,238
|
8,802,803,522
|
11,696,833,512
|
22
|
Alang Jalung
|
644
|
542
|
3,647,502,201
|
3,451,300,626
|
23
|
Remaung Kecubung
|
5,903
|
7,126
|
52,502,454,011
|
68,910,537,371
|
24
|
Sempengkat
Ningkah Olo
|
3,110
|
3,307
|
19,055,444,604
|
22,450,244,171
|
25
|
Citra Dayak
|
664
|
664
|
2,094,081,974
|
2,094,081,974
|
26
|
Sabhang Utung
|
2,720
|
3,064
|
14,795,186,692
|
17,026,241,134
|
27
|
Bonaventura
|
7,626
|
8,871
|
60,712,397,352
|
77,547,175,892
|
28
|
Kusapa
|
5,408
|
5,348
|
29,187,783,188
|
35,382,201,017
|
29
|
Mambuin
|
1,735
|
2,637
|
18,597,201,185
|
25,979,140,163
|
30
|
Almendo
|
1,873
|
2,607
|
21,621,662,805
|
24,464,034,383
|
31
|
Eka Pambelum Itah
|
1,241
|
1,862
|
13,950,525,465
|
20,125,196,403
|
32
|
Bererod Gratia
|
3,483
|
4,639
|
27,965,367,068
|
43,519,225,085
|
33
|
Sinar Papua Selatan
|
840
|
1,401
|
4,317,970,742
|
6,586,647,938
|
34
|
Bahtera Sejahtera
|
605
|
1,159
|
4,420,329,101
|
8,579,708,434
|
35
|
Sauan Sibarrung
|
3,793
|
6,589
|
25,502,132,811
|
47,421,123,522
|
36
|
Kingmi
|
385
|
379
|
3,510,980,966
|
3,328,038,461
|
37
|
Mekar Kasih
|
1,359
|
3,676
|
9,758,980,175
|
27,890,191,802
|
38
|
Gerbang Kasih
|
548
|
548
|
4,375,838,483
|
10,791,133,375
|
39
|
Sinar Saron
|
949
|
2,079
|
6,144,694,404
|
14,655,804,644
|
40
|
Kasih Sejahtera
|
4,768
|
8,411
|
32,307,501,181
|
72,471,208,913
|
41
|
Prima Danarta
|
358
|
499
|
1,847,018,020
|
2,223,172,037
|
42
|
Cindelaras Tumangkar
|
1,343
|
2,000
|
3,265,893,486
|
5,968,576,178
|
43
|
Sari Intugin
|
-
|
927
|
-
|
4,238,307,101
|
44
|
Hati Amboina
|
-
|
1,305
|
-
|
10,682,913,208
|
45
|
Mototabian
|
-
|
361
|
-
|
2,268,029,755
|
46
|
Jembatan Kasih
|
-
|
830
|
-
|
9,316,888,753
|
47
|
Ndar Sesepok
|
-
|
628
|
-
|
4,342,342,507
|
Total
|
341,970
|
397,436
|
2,476,483,003,732
|
3,193,460,969,042
|
Sumber:
Laporan BKCU Kalimantan Tahun Buku 2009
Harapan-Tantangan
Gerakan
CU ala Kalimantan ini masih sangat dinantikan jutaan rakyat yang belum mengenal
dan mendapat manfaat CU. Gubernur Kalbar Cornelis, MH dalam sambutannya ketika
Pembukaan RAT CU Pancur Kasih (23/2/2010) mengharapkan agar CU tidak hanya difokuskan di daerah pedalaman, tetapi harus juga
dikembangkan di daerah pesisir untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan.
“Pemerintah telah memberi keleluasaan, keistimewaan ke CU yakni
tidak kena pajak. Karrena itulah saya harap agar secara internal para
pengawas, pengurus dan manajemen adalah orang-orang yang
jujur, profesional, menerapkan manajemen modern, tidak ada kepentingan
keluarga, pribadi, apalagi kepentingan politik praktis,” pintanya seraya
menunjukkan buku anggota CU Pancur Kasih miliknya.
Harapan
terhadap gerakan CU juga disampaikan Komisi PSE Konferensi Waligeraja
Indonesia. Dalam Konferensi Nasional Komisi PSE-KWI tahun 2000, PSE KWI
berharap agar CU di Indonesia tidak lupa dengan peran Gereja Katolik sebagai
pihak yang pertama memperkenalkan gerakan CU di Indonesia. Sebaliknya Gereja
Katolik juga tidak lupa harus terlibat aktif dalam pengembangan CU. Sebab jika
CU gagal, maka bisa dikatakan kegagalan Gereja Katolik juga.
Menurut
Drs. AR. Mecer, Ketua BKCU Kalimantan, gerakan CU ala Kalimantan ini ke depan
akan terus dikembangkan ke luar Kalimantan, termasuk ke luar negeri. “Misalnya,
di Asia (Vietnam, Kamboja, Filipina, Bangladesh, Sabah, dan Serawak), kita
sudah studi banding ke sana. Jika mereka benar-benar tertarik dan mau
mengembangkan konsep yang kita tawarkan, kita siap untuk memfasilitasinya,”
papar Mecer KR di rumahnya.
Edi
v Petebang, Dominikus Uyub, Maksi Hajaang, Rinto S.
(artikel
ini dimuat di Majalah Kalimantan Review edisi Mei 2010)
Sumber:
0 comment