Alhamdulillah
ini tulisan yang ketiga, tapi kenapa judulnya "Introspeksi Diri" ??
Itu karena tulisan ini langsung buat saya jadi harus mengintrospeksi diri saya
setelah membacanya. Mungkin tidak hanya saya, tapi kita semua yang pernah
merasakan cinta. Kenapa?? Karena kita pasti pernah merasakan cinta, dan
terkadang suka berlebihan, termasuk saya. Tulisan ini benar-benar membuat saya
sadar bahwa apa yang sudah saya lakukan selama ini ternyata belum benar, dan
saya akan terus berusaha memperbaikinya.
Oke, langsung dibaca ya (◠‿◠✿)
Cinta – Sandarkan Hatimu Kepada-Nya . . .
“Mungkin
hanya getar hati kepada yang terkasihlah yang mampu meretas air mata.”
Masalah hati
memang sebuah pilihan untuk memilih dan tidak memilih. Masalah menjalani atau
menunda hingga saatnya tiba. Masalah persepsi hati dalam mengartikan
getar-getar cinta. Ya inilah masalah hati yang hingga saat ini, bagi siapapun,
mungkin sulit untuk menjaga keseimbangan hatinya.
Ada saat
dimana ketika getar-getar cinta itu menggetarkan hati dengan hebat melalui
gelora-geloranya, seperti terangsang mata ini menjadi basah dan sembab. Begitu
indah dan syahdunya cinta menyapa. Dari dulu hingga saat ini tak berubah rasa
yang timbul karenanya. Akibat dari kedatangannya tak ayal menggalaukan
dan menggundahkan subjek yang merasakan. Sungguh Allah begitu indah dengan
karunia rasa yang begitu indah ini.
Tak
terkecuali, siapapun akan merasakan indahnya cinta saat waktunya tiba. Seperti
halnya maut yang kita tak tahu kapan ia menyapa. Cinta dengan bahasanya menyapa
disaat yang terduga. Tak terbatas ruang dan waktu, dimana dan kapan. Jika Rabb
kita berkehendak, cinta akan menyapa dengan indahnya. Dengan syahdunya. Memerah
padamkan hati yang selama ini berpuasa dari gejolak hati. Ya, cinta akan
menyapa di saat yang tak kita minta dan duga.
Bagaimanakah
kita menanggapi sapaan lembut ini? Sungguh tak ada lain dan tak bukan kembali
sandarkan hati kepada Sang Maha Cinta. Kembali menata hati dan niat. Kembali
merapikan niat yang telah amburadul karena kegundahan yang menggerogoti.
Kembali memetakan prioritas hidup. Kembali menata timeliness. Kembali ke niat
awal dan raih cita-cita. Ingat harapan yang menjadi tanggung jawab kepada diri
sendiri dan keluarga. Ya, itulah sikap yang harus kita ambil saat cinta menyapa
di saat yang belum kita harap, tepatnya di saat kita belum siap untuk menyemai
cinta dalam keridhaan dan barakah-Nya.
“I’ll wait
Your great destiny for me. How can I refuse it? You have an authority to Your
creatures, no exception. And Ya Rabb, for this destiny, for my pearl, my heart
pair, my beloved wife (later), let me pray for who she is. I know You decide it
but I have a dream for her. Wish Allah bless my praying. Aamiin…”
Cukupkah
tangis mewakili setiap keputusan untuk kembali menyandarkan hati kepada-Nya?
Tidak, tapi tindakanlah yang harus diambil. Action adalah jawabannya. Bertindak
saat ini juga dan jangan tunda. Pegang teguh syariat. Pegang teguh keimanan.
Jaga hati dan tata niat kembali.
Salim
Achmad.
Tangerang
Selatan, 10 April 2012
Bagaimana tulisannya?? Semoga yang ini juga
bermanfaat. Semoga kita selalu mendapat ridha dan barakah-Nya, Amiin. Fighting
\(´▽`)/