Introspeksi Diri

Friday, October 19, 2012



Alhamdulillah ini tulisan yang ketiga, tapi kenapa judulnya "Introspeksi Diri" ?? Itu karena tulisan ini langsung buat saya jadi harus mengintrospeksi diri saya setelah membacanya. Mungkin tidak hanya saya, tapi kita semua yang pernah merasakan cinta. Kenapa?? Karena kita pasti pernah merasakan cinta, dan terkadang suka berlebihan, termasuk saya. Tulisan ini benar-benar membuat saya sadar bahwa apa yang sudah saya lakukan selama ini ternyata belum benar, dan saya akan terus berusaha memperbaikinya.
Oke, langsung dibaca ya (◠‿◠✿)




Cinta – Sandarkan Hatimu Kepada-Nya . . .

“Mungkin hanya getar hati kepada yang terkasihlah yang mampu meretas air mata.”

Masalah hati memang sebuah pilihan untuk memilih dan tidak memilih. Masalah menjalani atau menunda hingga saatnya tiba. Masalah persepsi hati dalam mengartikan getar-getar cinta. Ya inilah masalah hati yang hingga saat ini, bagi siapapun, mungkin sulit untuk menjaga keseimbangan hatinya.

Ada saat dimana ketika getar-getar cinta itu menggetarkan hati dengan hebat melalui gelora-geloranya, seperti terangsang mata ini menjadi basah dan sembab. Begitu indah dan syahdunya cinta menyapa. Dari dulu hingga saat ini tak berubah rasa yang timbul karenanya. Akibat dari kedatangannya  tak ayal menggalaukan dan menggundahkan subjek yang merasakan. Sungguh Allah begitu indah dengan karunia rasa yang begitu indah ini.

Tak terkecuali, siapapun akan merasakan indahnya cinta saat waktunya tiba. Seperti halnya maut yang kita tak tahu kapan ia menyapa. Cinta dengan bahasanya menyapa disaat yang terduga. Tak terbatas ruang dan waktu, dimana dan kapan. Jika Rabb kita berkehendak, cinta akan menyapa dengan indahnya. Dengan syahdunya. Memerah padamkan hati yang selama ini berpuasa dari gejolak hati. Ya, cinta akan menyapa di saat yang tak kita minta dan duga.

Bagaimanakah kita menanggapi sapaan lembut ini? Sungguh tak ada lain dan tak bukan kembali sandarkan hati kepada Sang Maha Cinta. Kembali menata hati dan niat. Kembali merapikan niat yang telah amburadul karena kegundahan yang menggerogoti. Kembali memetakan prioritas hidup. Kembali menata timeliness. Kembali ke niat awal dan raih cita-cita. Ingat harapan yang menjadi tanggung jawab kepada diri sendiri dan keluarga. Ya, itulah sikap yang harus kita ambil saat cinta menyapa di saat yang belum kita harap, tepatnya di saat kita belum siap untuk menyemai cinta dalam keridhaan dan barakah-Nya.

“I’ll wait Your great destiny for me. How can I refuse it? You have an authority to Your creatures, no exception. And Ya Rabb, for this destiny, for my pearl, my heart pair, my beloved wife (later), let me pray for who she is. I know You decide it but I have a dream for her. Wish Allah bless my praying. Aamiin…”

Cukupkah tangis mewakili setiap keputusan untuk kembali menyandarkan hati kepada-Nya? Tidak, tapi tindakanlah yang harus diambil. Action adalah jawabannya. Bertindak saat ini juga dan jangan tunda. Pegang teguh syariat. Pegang teguh keimanan. Jaga hati dan tata niat kembali.

Salim Achmad.
Tangerang Selatan, 10 April 2012





Bagaimana tulisannya?? Semoga yang ini juga bermanfaat. Semoga kita selalu mendapat ridha dan barakah-Nya, Amiin. Fighting \(´`)/

You Might Also Like

0 comment