Cinta dengan-Nya
Friday, October 19, 2012
Ini tulisan kedua (⌒,⌒ )
Bandingkan
Cinta Anda dengan Cinta-NYA
Oleh: Tidak
Diketahui
Eramuslim – Cinta adalah memberi, dengan segala daya
dan keterbatasannya, seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya
bakal membuat yang dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi
seorang pecinta sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi
pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi
tujuannya.
Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di
taman yang membawa kenyamanan bagi yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau
di padang luas yang kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar. Seperti
taburan pasir di pantai yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang
menawarkan kesejukan. Dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan
kekaguman terhadapnya.
Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia
menerangi dengan setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik
terakhirnya, ia pun masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang
mentari, meski terkadang dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa
mengunjungi alam dan segenap makhluk dengan sinarannya. Seperti Bandung
Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan
menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sangkuriang tak kalah
dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam
semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang
indah di India, yang di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih
buah hati sang raja, juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar
dunia, berawal dari cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun
samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani
kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan
kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang
mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang
lebih rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang
cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk
berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa besar kekuatan yang
dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah,
paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita,
bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima,
memberi dan mempertahankan.
Tentang cinta itu sendiri, Rasulullah menegaskan bahwa
tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada
selain keduanya.
Al Ghazali berkata,”Cinta adalah inti keberagamaan. Ia
adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus
dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta
dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta
saja.”
Di satu sisi, Allah Sang Pencinta Sejati menegaskan,
jika manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan
didatangkan-Nya suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencinta-Nya (QS.
Al Maidah:54). Maka berangkat dari rasa saling mencintai yang demikian itu,
bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan cinta Dia
kepada kita dan semua makhluk-Nya.
Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah
kepada kita, Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai
hamba selain kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita.
Tuhan melayani kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita
menyembah-Nya seakan-akan ada Tuhan selain Dia.
Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari
cinta yang Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang
kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau kita “dipecat” menjadi
makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain. Tahukah, jika saja Dia
memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta yang kita berikan untuk kemudian menjadi
pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap bersama-Nya di surga kelak,
tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia membalas kita dengan balasan yang
setimpal, celakalah kita. Bila Allah membalas amal kita dengan keadilan-Nya,
kita semua akan celaka. Jadi, sekali lagi, bandingkan cinta kita dengan
cinta-Nya. Wallahu a’lam bishowaab.
Sumber:
Hmmm sebenarnya, menurut saya yang ini lebih mengena di hati, tapi terus baca sampai tulisan yang ketiga yaaaaaaa \(´▽`)/
0 comment