Sikap Motivasi dan Mawas Diri

Friday, December 05, 2014

MOTIVASI

Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Sedang menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004).

Pengertian motivasi sendiri menurut istilah adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan/tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan/keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.

Empat area utama motivasi manusia adalah makanan, cinta, seks dan pencapaian. Tujuan-tujuan yang mendasari motivasi ditentukan sendiri oleh individu yang melakukannya, individu dianggap tergerak untuk mencapai tujuan karena motivasi intrinsik (keinginan beraktivitas atau meraih pencapaian tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan dari melakukan aktivitas tersebut), atau karena motivasi, yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal. disamping itu terdapat pula fsktor yang lain yang mendukung diantaranya ialah faktor internal yang datang dari dalam diri orang itu sendiri.

Pada hakekatnya belajar adalah panggilan hidup. Jadi bagi orang beriman, setidaknya sudah jelas satu tujuan mempertanggungjawabkan kehidupan di hadapan Yang Maha Kuasa. Hal itu berarti,sebisanya kita perlu belajar menjadi orang sebagaimana kita dimaksudkan Sang Pencipta.
Demikian pula kondisi otak kita bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kuantitas dan kulitas asupan. Semakin banyak kita belajar, semakin berkembang fungsi otak kita, semakin lebih termotivasi lagi untuk mencari tahu- belajar. Jadi bisa kita simpulkan bahwa sudah hakikinya manusia memiliki motivasi belajar.

Apabila pada sejumlah orang tidak nampak termotivasi, berarti mereka sudah belajar lewat satu dan lain kondisi, menjadi orang yang tidak termotivasi untuk belajar ., atau mereka tidak memiliki kejelasan tentang tujuan hidupnya. Andaikan mereka berupaya memperjelas tujuan hidupnya, dan menghapus hasil belajar (’de-learning’) yang keliru, maka motivasinya akan nampak. Meskipun tiap orang memiliki motivasi belajar, ada orang yang termotivasi dari dalam dirinya – ’ intrinsic’ , ada juga yang termotivasi dari luar – ’extrinsic’ . Mereka yang motivasi belajarnya bersifat intrinsik biasanya berorientasi ’inner locus of control’ . Mereka secara teratur mempertanyakan ke dirinya : ”Apa yang sudah saya pelajari ? Apa yang bisa saya laku kan untuk menambah dan memperbaikinya, mengembangkannya? Apakah saya sudah cukup berupaya?, masih bisa ditingkatkankah upaya saya ? dst.

Orientasi Teori Motivasi
Ada banyak teori yang menjelaskan tentang motivasi. Beberapa teori sudah sangat dikenal dan dipergunakan di banyak bidang ilmu dan praktisi . Berikut, secara sepintas kita akan melakukan orientasi atas sekjumlah teori, yang dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu (1) kelompok teori yang menjelaskan tentang komponen dari motivasi; (2) kelompok kedua teori-teori yang menjelaskan proses motivasi, sedangkan (3) kelompok ketiga, teori teori yang menjelaskan motivasi dalam kaitan dengan hal lain seperti prestasi, self image, dst.

Kelompok teori komponen dari motivasi
Cukup banyak teori yang menjelaskan motivasi dari sudut strukturalnya, akan tetapi kita akan melihat sebagai ilustrasi, hanya dua teori yaitu : ‘Teori Peringkat kebutuhan’ dari Abraham Maslow dan Teori Terpancar’ dari David Mc Clelland D.

(1) Teori Peringkat Kebutuhan’ dari Abraham Maslow
Maslow mengutarakan bahwa pada dasarnya tingkah laku manusia ( termasuk belajar), didorong oleh kebutuhan yang orang tersebut pada saat itu. Jadi, seseorang melakukan sesuatu karena pada saat itu ia menghayati sangat keku rangan (depriviation) salah satu kebutuhannya, yang akan terpenuhi oleh kelakuan tersebut.; dan dorongan ini disebut ‘D-motive’.
Selanjutnya, kebutuhan manusia tersebut digolongkan Maslow kedalam enam tingkatan, yaitu:
1) Kebutuhan fisiologik ( makanan, air, udara, dst);
2) Kebutuhan rasa aman ( bebas dari rasa takut, cemas, tertekan,dst);
3) Kebutuhan Bersosial ( berteman, mencintai dan dicintai, dst),
4) Kebutuhan Pengakuan – self Esteem ( dihargai,diakui prestasinya, reputasinya,dst);
5) Kebutuhan aktualisasi diri ( untuk mejadi yang ia bisa menjadi) dan
6) Kebutuhan Kognitif ( kebutuhan untuk memutahirkan diri).

Lebih lanjut keenam kelompok kebutuhan tersebut bersifat hirarkhis. Artinya kebutuhan paling dasar ( fisiologik) dihayati dan terpenuhi pada batas minimalnya, barulah terhayati kebutuhan hirarkhi berikutnya ( rasa aman) . Hanya ketika kebutuhan rasa aman tersebut terpenuhi pada ambang bawahnya, barulah muncul kebutuhan dengan hirarkhi di atasnya lagi (sosial), demikian seterusnya hingga kebutuhan aktualisasi diri. Pada saat orang mulai beraktualisasi, maka ia akan menyadari adanya kekurangan informasi atau skill yang diperlukan untuk melanjutkan aktualisasinya, maka muncul-lah kebutuhan kognitif, yaitu menambah dan meng-‘updated’ hasil belajarnya . Setelah mengisi kognitifnya, maka yang bersangkutan akan kembali ke kebutuhan dasar, tetapi bukan dalam dorongan kekurangan, tetapi dalam dorongan keperluan, yang Maslow sebut sebagai B-motive atau Beta motive.

Jadi menurut teori Maslow, orang perlu belajar untuk bisa ‘survival’, dan apabila mau berkembang, mau belajar menjadi ( beraktualisasi) , maka manusia akan terdorong untuk belajar menjadi.

(2) Teori Terpancar’ dari David Mc Clelland
Mc Clellland, dalam penelitiannya di beberapa negara maju, menjumpai bahwa kemajuan negara tersebut sebenarnya dipicu oleh sejumlah kecil ( sekitar 2 %) orang yang mempunyai profil motive tertentu. Profil motivasi mereka sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka menjadi entrepreneur, karena mereka memiliki ‘mind-set / jiwa entrepreneurship’ , yang menurut Mc Clelland bisa dilatihkan.

Motivasi manusia dibedakan Mc Clelland dalam 3 macam, yaitu motive pencapaian
( achievement), motif keakraban ( Affiliation) dan motive kekuasaan ( Power). Setiap manusia memiliki ketiga motive ini, hanya saja dalam konfigurasi yang berbedabeda. Ada orang yang motivasi achievementnya tinggi, motivasi affiliasinya rendah, dan motivasi Powernya tinggi; tetapi ada pula orang yang motivasi achievementnya tinggi, motivasi affiliasinya sedang, dan motivasi Powernya rendah, dsbnya. Kemudian Mc Clelland menemukan ciri-ciri orang dengan masing-masing konfigurasi tersebut. Lebih lanjut setiap profesi atau pekerjaan membutuhkan profil/konfigurasi motivasi tertentu.

Kelompok teori proses motivasi
Dari teori motivasi yang menjelaskan proses, kita tinjau dua teori saja sebagai ilustrasi, yaitu : Teori harapan – ’expectancy theory’ dari V. Vroom dan teori Penguat – ‘Reinforcement theory’ dari B.F.Skinner.

(1) Teori harapan – ’expectancy theory’ dari V Vroom
Vroom merumuskan Motivasi sebagai perkalian anatara ‘expectancy’, yaitu persepsi individu tentang kemampuan atau kemungkinannya mencapai sasaran. Dan ‘valence’, nilai yang dilekatkannya pada keluaran atau imbalan yang akan ia peroleh.. Lebih lanjut, kondisi ini hanya berlaku bagi mereka yang memiliki “internal locus of control”, dimana mereka yakin dapat mengontrol pencapaian tujuan mereka.; akan tetapi tidak berlaku bagi mereka yang “external locus of control”.

(2) Teori Penguat – ‘Re inforcement theory’ dari B.F.Skinner
Teori ini disebut juga Stimulus Respons theory; karena menurut teori ini stimulus yang datang pada individu, akan membuat individu memberi respons, dan respons ini akan mempunyai konsekwensi atau penguat ( Consequences /reinforcement ). Penguat ini bermacam-macam, yaitu: penguat positif, yang akan memperkuat terulangnya respons ; penguat menghindari, penguat negatif; penguat yang sifatnya mengurangi dan hukuman yang juga merupakan penguat negatif. Lebih lanjut, kemunculan penguat ada yang berkelanjutan, artinya setiap respon muncul, begitu juga penguat. Ada juga yang membutuhkan interval waktu.. Yang membutuhkan sela waktu ini, beberapa macam anatara lain : penjadwalan sela tetap (‘fixed interval’); penjadwalan sela tidak teratur (‘variable interval’); penjadwalan rasio tetap (‘fixed ratio’) dan penjadwalan rasio tidak teratur (‘variable ratio’).

Kelompok teori motivasi dalam aplikasinya
Berikut adalah dua teori aplikasi motivasi sebagai ilustrasi, yaitu teori Covington yang dikenal sebagai teori diri berharga – ‘Self-worth theory of achievement dan teori Ames dengan struktur tujuan sebagai sistem motivasi.

(1) ‘Self-worth theory of achievement’ dari Covington
Covington melihat ‘performance’ merupakan hasil perpaduan dari kemampuan – ability yang dimiliki seseorang dengan upaya –effort yang dikeluarkannya untuk melakukan pencapaian. Selanjutnya performance ini akan berpengaruh pada penghayatan diri berharga ( ‘self worth’) , yang pada gilirannya akan menambah penghayatan kemampuan dan upaya, sehingga semakin baik lagi performancenya, dst kita melihatnya sebagai termotivasi .
(2) “Goal Structure as Motivational System’, dari Ames
Ames melihat ada kaitan yang erat antara struktur tujuan –Goal Structure dengan system motivasi – Motivational System Tujuan yang mengarah pada kerja sama –cooperative, berkaitan erat dengan sistem motivasi yang didasarkan pada moralitas. Sedangkan tujuan yang bersifat competitive, akan mendorong sistem motivasi yang bersifat egoistik. Sementara tujuan yang arahnya individualistic akan berkaitan dengan sistem motivasi yang menekankan penguasaan-mastery.

MAWAS DIRI

Mawas diri menurut Marbangun Hardjowirogo ialah meninjau ke dalam, hati nurani kita guna mengetahui benar tidaknya suatu tindakan. Secara teknis psikiologis usaha tersebut dapat dinamakan juga instropeksi yang pada dasarnya ialah pencarian tanggung jawab ke hati nurani mengenai suatu perbuatan. orang jawa sering berbicara tentang mawas diri dan berusaha pula untuk mempraktikkannya guna mendapatkan jawaban atas persoalan yang di hadapinya yakni apakah suatu perbuatan yang di lakukannya, suatu tindakan yang di ambilnya secara moral dapat di benarkan dan dapat di pertanggungjawabkan, adapun jawaban yang di cari adalah menelaah hati nurani.

Salah satu sikap mawas yang perlu dijaga adalah mawas akan kosakata yang Anda ungkapkan baik ke diri maupun ke luar. Kosa-kata yang Anda pakai mencerminkan siapa Anda tetapi juga membentuk diri Anda. Mawas diri menurut kamus Beasar Bahasa indonesia, edisi kedua, balai pustaka 1993, ialah melihat memeriksa dan mengoreksi) diri sendiri secara jujur,instropeksi, kita harus mawas diri agar kita janagan membuat kesalahan yang sama.

You Might Also Like

0 comment